Rabu, 11 Januari 2017

Cara beternak puyuh terbaru Mudah dan Hemat Biaya

Cara beternak puyuh terbaru Mudah dan Hemat Biaya

 

Mengawali sebuah usaha, dalam hal ini budidaya burung puyuh , ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah menentukan lokasi budidaya. Ada beberapa kriteria dalam penentuan  lokasi peternakan  puyuh antara lain :
  • Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  • Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalurj alur pemasaran
  • Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
  • Bukan merupakan daerah sering banjir
  • Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.       
TEKNIS BUDIDAYA BURUNG PUYUH 
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Secara rinci akan kita bahan lebih lanjut satu persatu.
Teknik Budidaya Ternah Puyuh , Panduan Cara Budidaya Burung Puyuh ,Cara Beternak Burung Puyuh           
Tahapan berikutnya setelah kita mendapatkan lokasi usaha yang mendukung adalah persiapan dan pelaksanaan teknis budidaya burung puyuh itu sendiri.
      
I. Penyediaan Sarana dan Peralatan
A. Persiapan kandang
Untuk budidaya burung puyuh, persyaratan kandang yang baik perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Sehingga kondisi kandang tidak lembab.
Dalam mempersipkan kandang burung puyuh ini, kita mempunyai 2 alternatif yang biasa diterapkan peternak puyuh, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sedangkan ukuran kandang yang digunakanumumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.  
Ada beberapa tahapan dalam budidaya burung puyuh. Masing-masing tahapan idealnya memerlukan persiapan kandang yang sesuai, yaitu:
  • Kandang untuk induk pembibitan
  • Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
  • Kandang untuk induk petelur        
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu.
Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. 
Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Jenis kandang berikutnya, bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.        
B. Kelengkapan kandang
Perlengkapan yang diperlukan dalam kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
Teknik Budidaya Ternah Puyuh , Panduan Cara Budidaya Burung Puyuh ,Cara Beternak Burung Puyuh           
II. Penyediaan Bibit
Seperti sudah diainggung diatas, penyediaan bibitmerupakan tahapan yang penting dalam budidaya burung puyuh. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
  • Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
  • Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
  • Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.          
III. Pemeliharaan
Setelah kita dapatkan bibit yang baik, selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemeliharaan puyuh, meliputi :
Kebersihan/Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan beternak burung puyuh dengan hasil yang maksimal. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematukmatuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan diberikan terus-menerus.
Pemberian Vaksinasi
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).       
HAMA DAN PENYAKIT
Seperti usaha pada umumnya, budidaya burung puyuh ini mengalami beberapa hambatan, umumnya serangan hama maupun penyakit. Untuk pencegahan ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis hama ataupun penyakit yang sering menyerang unggas ini.       
1) Radang usus (Quail enteritis)

  • Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.         
  • Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
  • Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.      
2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
  • Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
  • Teknik Budidaya Ternah Puyuh , Panduan Cara Budidaya Burung Puyuh ,Cara Beternak Burung Puyuh           
  • Pengendalian:
  • menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang
  • pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.      
3) Berak putih (Pullorum)
  • Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
  • Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
  • Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.Pengendalian:menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayoco       
5) Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.
6) Quail Bronchitis
  • Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
  • Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
  • Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.    
7) Aspergillosis
  • Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
  • Gejala: Puyuh mengalami
  • gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
  • Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
  •   Cacingan
  • Penyebab: sanitasi yang buruk.
  • Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
  • Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
PEMANENAN dari Puyuh
  • Tahapan yang paling ditunggu oleh seorang pengusaha adalah saat pemanenan. Seperti telah didisinggung diatas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari budidaya burung puyuh ini, yaitu:
  • Hasil Utama
  • Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
  • Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja untuk pupuk kandang serta bulu puyuh sebagai bahan baku kerajinan tangan.                                               
Demikian pemaparan tentang beternak burung puyuh, terima kasih semoga bermanfaat.  

             
Sumber :
Khoiruddin Mohtar.2013.Cara beternak puyuh terbaru Mudah dan Hemat Biaya.12 Januari 2017.http://mohtarkhoiruddin.blogspot.co.id/2013/06/cara-beternak-puyuh-terbaru-mudah-dan.html

Kloning pada Domba Dolly

Kloning pada Domba Dolly

Hasil gambar untuk Kloning pada kambing

Kloning Inti
Ø Definisi Kloning
            Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi aseksual. Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.
*      Kloning berasal dari kata "Klon" dalam bahasa Yunani  yang berarti ranting yang dapat mereplikasi sendiri  dan akhirnya tumbuh menjadi pohon. Kloning terjadi  secara alami dalam banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.kloning adalah cara bereproduksi secara aseksual atau  untuk membuat salinan atau satu set salinan organisme  mengikuti fusi atau memasukan inti diploid  kedalam oosit (Seidel ,GE Jr., 2000 dalam Tong, W F., 2002).
*      Dari organisme identik secara genetik melalui sel somatik  transfer nuklir, walaupun definisi yang lebih luas  sering digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari kultur sel atau jaringan menggunakan sel (Tong, W F., 2002).
*      Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu identik yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman bereproduksi secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota klon tersebut memiliki jumlah dan susunan gen yang sama sehingga kemungkinan besar fenotifnya juga sama (Rusda, M, 2003).
·         Jenis-jenis Kloning:
a.      Kloning DNA rekombinan
b.      Kloning pada hewan
c.       Kloning pada embrio
d.      Kloning pada manusia
e.       Kloning pada tumbuhan
Ø CARA PEMBUATAN KLONING PADA HEWAN (DOMBA DOLLY)
Ä Mengambil sel telur yang ada dalam ovarium induk betina dan mengambil kelenjar mamar dari induk lainnya.
Ä Mengambil nukleus sel telur yang haploid
Ä Memasukkan kelenjar mame kedalam sel telur yang tidak memiliki nukleus lagi
Ä Sel telur dikembalikan ke uterus induknya semula ( induk donor sel telur )
Ä Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus induknya, kemudian induk tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil koloning.


Ø Koloning pada Domba Dolly
DOMBA DOLLY
Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak tahun 1900, tetapi hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Dr. Ian Willmut seorang ilmuwan skotlandia pada tahun 1997, dan untuk pertama kali membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah dikeluarkan, yang akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama Dolly.
Dolly direproduksi tanpa bantuan domba jantan, melainkan diciptakan dari sebuah sel kelenjar susu yang di ambil dari seekor domba betina. Dalam proses ini Dr. Ian Willmut menggunkan sel kelenjar susu domba finndorset sebagai donor inti sel dan sel telur domba blackface sebagi resepien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukleusnya keluar dari selnya menggunakan pipet mikro. Kemudian, sel kelenjar susu domba finndorset  difusikan (digabungkan) dengan sel telur domba blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipindahkan ke rahim domba blackface. Kemudian embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan domba finndorset. Kloning domba Dolly termasuk teknologi transfer inti sel reproduktif kloning. Pada tipe reproduktif, DNA yang berasal dari sel telur hewan dihilangkan dan diganti dengan DNA yang berasal dari sel somatic (kulit, rambut, dan lain-lain) hewan dewasa yang lain.
Jadi, domba hasil kloning merupakan domba hasil perkembagbiakan secara vegetative (aseksual) karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma.Prinsip dari teknik yang diaplikasikan untuk menciptakan Dolly, sebenarnya sangatlah sederhana dan sudah ada sejak tahun 1975. Seorang ilmuwan bernama Gurdon mengambil nukleus atau inti sel dari sel telur katak dan menggantinya dengan nukleus dari sel usus, hasilnya: kecebong-kecebong kecil yang mati sebelum tumbuh jadi katak dewasa.
Domba dolly hidup dengan sehat namun ia mudah terserang penyakit, ia hidup hanya 6 tahun (rata-rata umur domba normal). Domba dolly mati karena mengalami pemendekan telomere (suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapati diujung akhir sebuah kromosom).
Kloning akan berhasil apabila nukleus ditransplantasikan ke dalam sel yang akan menghasilkan embrio (sel telur) termasuk sel germa. Sel germa adalah sel yang menumbuhkan telur dari sperma.
Ø Manfaat Kloning (DOMBA DOLLY)
a)      Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
            Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan ilmu biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
b)     Untuk Mengembangkan dan Memperbanyak Bibit Unggul
            Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan tehnik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
           Contoh lainnya yaitu untuk menghasilkan susu yang mengandung nutrisi ekstra atau lebih banyak daging  yang memiliki rasa dan kualitas lebih baik. Hal ini juga memungkinkan genetik konservasi bibit lokal dengan kemampuan adaptasi terhadap  penyakit regional atau iklim setempat. Wells et al (1998) (dalam Tong, W F., 2002), melaporkan dua anak sapi yang lahir dari kloning, disesuaikan dengan kondisi sub-Antartika.
Ø  DAMPAK DARI KLONING
A.     DAMPAK POSITIF
-            Akan diperoleh keturunan baru dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan dengan sifat yng identik dengan induknya
B.        DAMPAK NEGATIF
-          Menurunkan keanekaragaman keturunan baru yang dihasilkan
-          Resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning
-          Keturunan baru hasil kloning berumur pendek

Demikian pemaparan tentang klonning domba dolly, semoga bermanfaat.

Sumber :


Transfer Embrio pada Sapi

Transfer Embrio pada Sapi


Untuk mengatasi kurangnya konsumsi protein hewani dan rendahnya penghasilan masyarakat Indonesia, usaha yang telah dilakukan adalah meningkatkan produksi peternakan. Salah satu usaha kea rah tersebut adalah penerapan teknologi modern dalam reproduksi. Teknologi yang dimaksud adalah Inseminasi Buatan (IB) dan transfer embrio (TE) (Toilihere, 1987).

Transfer embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasi, kepada seekor betina yang bertindak sebagai ppenerima sehingga resepien tersebut menjadi bunting (Hartantyo, 1987).

Transfer embrio banyak dibicarakan di Indonesia pada akhir tahun 1982, sejak datangnya seorang tamu penceramah dari Amerika Serikat yang menyampaikan suatu bahasan mengenai TE. Ceramah diadakan di Balai Penelitian Ternak Ciawi yang diikuti oleh para cendekia peternakan dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian maupun Direktorat Jenderal Peternakan (Martojo, 1987).

Sedangkan teknologi transfer embrio untuk pertama kali diintroduksi pada sapi di Cicurug Jawa Barat pada tahun 1984 dengan menggunakan embrio beku import dari Texas, USA. Transfer dilakukan pada 77 ekor resepien dengan cara pembedahan lewat daerah kampong oleh tim dari Granada Livestock Transplant Co, USA (Putro, 1994).

Manfaat Transfer Embrio
Beberapa manfaat dari teknologi transfer embrio adalah:
1. Untuk meningkatkan populasi ternak unggul. Seekor sapi betina hanya mampu menghasilkan 7 keturunan selama hidupnya, sedangkan dengan penerapan TE maka seekor sapi betina mampu menghasilkan 448 keturunan selama hidupnya. (Rutledge, 1987).
2. Import dan eksport embrio sebagai ganti ternak dewasa sehingga biasanya menjadi lebih ekonomis. Transfer embrio juga memungkinkan hewan melahirkan anak dari spesies lain, misalnya kuda melahirkan zebra, domba melahirkan kambing seperti yang terjadi di Louisville Zoo (Atmawidjaja, 1987).
3. Manfaat lainnya adalah memperoleh keturunan dari induk yang kurang fertile, induk yang dimaksud adalah betina yang menderita oobstruksi tuba falofia yang bilateral total dan betina yang menderita adesi fimria bilateral total (Martojo, 1987).

Prosedur Transfer Embrio

Seleksi Hewan Donor dan Resepien
Seleksi sapi betina donor untuk transfer embrio harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis dan genetic yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi, sehat, mempunyai siklus birahi yang regular mulai pubertas. Angka servis tiap konsepsi tidak lebih dari 2. Mempunyai kinerja yang baik, dan tidak pernah mengalami kesulitan melahirkan maupun gangguan reproduksi yang lainnya.
Sedangkan syarat hewan resepien adalah sapi muda yang bebas penyakit, kinerja yang bagus, dan proses kelahiran sebelumnya mudah. Kandidat resepien perlu diperiksa dengan cermat kondisi kesehatan tubuh maupun status reproduksinya (Putro, 1994).

Superovulasi Hewan Donor
Superovulasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan ova lebih banyak dibandingkan dengan keadaan normalnya dengan memberikan hormone dari luar (Hartantyo, 1987).
Superovulasi memerlukan sediaan gonadotropin yang kaya akan atau meniru efek FSH (follicle stimulating hormone). Disamping itu FSH harus ada dalam periode yang cukup untuk memacu pertumbuhan dan pematangan akhir folikel. Sediaan FSH, PMSG (Pregnant mare’s serum gonadotropin) dan HCG (human chorionic gonadotropin) merupakan agen gonadotropin yang lazim digunakan untuk superovulasi. Hasil superovulasi meliputi jumlah embrio dan kualitas embrio sangat bervariasi dan sulit diramalkan.

Respon hewan terhadap preparat gonadotropin tergantung dari musim, bangsa, makanan, macam preparat yang dipakai, berat hidup, umur, fase dari siklus birahi, dan frekuensi pemberian dan dosis gonadotropin yang digunakan (Hartantyo, 1987).
Preparat gonadotropin dapat diberikan pada fase luteal yaitu hari ke-8 sampai 12 siklus birahi yang diikuti dengan pemberian preparat prostaglandin F2-alfa (PGF2-alfa) untuk melisiskan corpus luteumnya; pada fase proestrus yaitu hari ke-16 sampai 20 siklus birahi tanpa diikuti dengan pemberian PGF2-alfa. Jika superovulasi menggunakan PMSG maka PGF2-Alfa diberikan 48 jam setelah menyuntikkan PMSG, namun jika menggunakan FSH, maka PGF2-Alfa diberikan pada hari ke-3 atau bersamaan dengan pemberian FSH yang ke-5. Dosis FSH yang telah digunakan pada sapi Bali adalah 24 mg untuk setiap ekor sapi, yang dibagi menjadi 8 dosis dan diberikan 2 kali sehari selama 4 hari berturut-turut (Putro, 1986; Hartantyo, 1987).

Di Indonesia PMSG lebih banyak digunakan karena dapat diperoleh dengan mudah dan lebih murah dibandingkan dengan FSH-P. Pregnant mare’s serum gonadotropin merupakan glikoprotein komplek yang mempunyai aktivitas biologi seperti FSH dan LH; dimana aktivitas FSHnya lebih besar. PMSG mengandung asam sialat 10,8% yang berfungsi mencegah degradasi glikoprotein hormone oleh hati (Bindon and Piper, 1986).
Pada spi PMSG mempunyai daya kerja yang cukup panjang waktu paruhnya, yakni antara 2-5 hari, sedangkan residunya tetap ada dalam sirkulasi darah sampai 10 hari. PMSG bekerja dengan kemampuannya mencegah atau menghambat proses atresia dari folikel ovaria (Putro, 1994).

Sediaan PMSG di Indonesia dapat diperoleh dengan mudah, dengan merk dagang Folligon. Dosis PMSG yang dianjurkan pada sapi adalah 1:500-3.000 IU yang disuntikkan secara intramuskuler tiap donor sapi. Untuk membantu proses ovulasi dan mencegah terjadinya folikel anovulasi kadang-kadang perlu diberikan HCG awal birahi dengan dosis 1.500-3.000 IU per ekor (Anon, 1991).

Waktu paruh PMSG yang panjang menimbulkan problema overstimulasi ovaria. Problem ini dapat diatasi dengan injeksi intravena antibody monoclonal terhadap PMSG (anti-PMSG) pada saat inseminasi. Anti-PMSG akan menetralisir PMSG yang ada dengan menurunkan 85% konsentrasi PMSG di darah dalam waktu 1 jam dan sampai konsentrasi yang tidak dapat dideteksi lagi dalam waktu 2 jam. Salah satu anti-PMSG yang dapat diperoleh di pasaran adalah Neutra-PMSG (Putro, 1994).

Sinkronisasi Birahi
Sinkronisasi birahi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengendalikan siklus birahi sekelompok hewan betina sehingga birahi terjadi dalam waktu yang bersamaan atau paling tidak dalam waktu 2 atau 3 hari. Dalam program TE teknik sinkronisasi birahi dapat dipakai untuk menyeragamkan stadium siklus birahi antara hewan donor dan hewan resipien. Pemindahan embrio dapat dilaksanakan dengan berhasil ke dalam uterus hewan resipien jika stadium siklus birahinya bersamaan dengan keadaan uterus hewan donor (Toilihere, 1981).

Sinkronisasi perlu dilakukan setelah perlakuan superovulasi agar waktu ovulasi terjadi dalam waktu bersamaan. Untuk keperluan ini perlu adanya induksi luteolisis dengan agen luteolitik. Agen luteolitik yang sudah teruji manfaatnya adalah PGF2-Alfa. Birahi pada sapi yang sudah di superovulasi akan timbul dalam waktu 36-48 jam setelah pemberian PGF2-Alfa. Untuk perlakuan sinkronisasi birahi betina resipien perlu diketahui terlebih dahulu siklus birahinya, karena corpus luteum sapi peka terhadap PGF2-Alfa hari ke-5 sampai 14 siklus birahi. Jika pada waktu korpus luteum peka diberi perlakuan maka birahi akan timbul 1-4 hari atau rata-rata 2 hari setelah penyuntikan PGF2-Alfa. Jika kita belum mengetahui siklus birahi sapi tersebut maka dilakukan penyuntikan PGF2-Alfa 2 kali dengan interval 10 hari (Hartantyo, 1987).

Sediaan prostaglandin yang tersedia di pasaran antara lain: Estrumate (Cloprostenol, ICI Pharm. Co, Cambridge, UK) dosis luteolitiknya 500 mg; Reprodin (Luprostiol, Bayer Indonesia) dosis luteolitiknya 15 mg; Lutalyse (Dinoprost tromethamine, Upjohn, Kalamazoo, USA); dan Prosolvin (Luprostiol, Intervet Int. B.V., Bormeer, Holland) dosis luteolitiknya 15 mg. aplikasi sediaan prostaglandin tersebut dianjurkan dengan cara injeksi intramuskuler (Putro, 1994).

Perkawinan Hewan Donor
Perkawinan hewan donor dapat dilakukan kawin alami atau inseminasi buatan (IB). Apabila dikawinkan secara IB maka diperlukan dosis ganda yang aplikasinya satu dosis diberikan 6 jam setelah menunjukkan gejala birahi dan satu dosis lagi diberikan 6 jam kemudian (Hartantyo, 1987; Putro, 1986).

Pemanenan Embrio dari Donor
Koleksi embrio hewan donor dapat dilakukan pada hari ke-6 sampai 8 setelah perkawinan, pada waktu embrio sudah berada pada kornua uteri. Pemanenan embrio yang sudah pernah dilakukan pada sapi Bali yaitu pada hari ke-7 setelah perkawinan.

Perlengkapan yang diperlukan untuk pemanenan embrio adalah:
1. Sterio mikroskop
2. Foley cateter
3. Larutan PBS
4. Pipa kaca berbentuk Y
5. Cawan petri
6. Selang dan jarum suntik

Hewan donor dipersiapkan terlebih dahulu dengan jalan disuntik acethyl promazin dosis 6 mg per ekor.Selanjutnya sapi dimasukkan ke kandang jepit, daerah sekitar vulva dibersihkan dan diberi desinfektan dan alcohol 70%. Anastesi epidural dilakukan segera sebelum katerisasi, dengan Lignocaine 2% dosis 4-6 ml. Manfaat anastesi yang diberikan adalah untuk mengurangi rasa sakit, mencegah pengejanan maupun pengeluaran kotoran yang mengganggu pelaksanaan pembilasan.

Cara Pemanenan:
1. Stilette Cassou Insemination Gun dimasukkan ke dalam kateter supaya menjadi kaku, selanjutnya kateter diberi pelumas.
2. Dengan palpasi rectal, kateter dimasukkan perlahan-lahan melewati vagina, cerviks, terus ke kornua uteri sampai 2/3 panjang kornua.
3. Selanjutnya balon kateter diisi udara atau air sebanyak 5 ml, kemudian stiletto gun ditarik. Pipa kaca berbentuk hurup Y dipasang, dimana ujung-ujungnya telah terpasang selang penghubung.
4. Larutan PBS dimasukkan tiap-tiap 30-60 ml tergantung besar hewan sampai menghabiskan 500 ml setiap kornua.
5. Hasil bilasan uterus ditampung dalam beker gelas dan dibiarkan mengendap selama 30 menit, selanjutnya supernatannya dibuang dan sisanya dievaluasi di bawah sterio mikroskop.

Evaluasi embrio dilakukan di bawah sterio mikroskop dengan pembesaran lebih dari 40 kali. Embrio yang didapat harus mempunyai stadia yang relative sama; yaitu stadium morula (32 sel), morula kompak (blastomer memadat menjadi masa yang lebih kompak), dan blastosis awal (mempunyai blastosel). Adanya embrio yang stadium pertumbuhannya kurang dari 32 sel menunjukkan adanya kelambatan pertumbuhan. Embrio yang didapat dari media pembilas diambil menggunakan mikropipet, selanjutnya dimasukkan ke dalam straw mini atau medium bening yang transparan.

Transfer Embrio ke Betina Resipien
Transfer embrio segar maupun beku ke resipien dilakukan pada hari siklus birahi yang sama dengan umur embrio (karena embrio dipanen pada umur 7 hari) maka siklus birahi resipien yang dapat dipakai adalah 7 ± 1 hari setelah birahi atau birahi hewan donor dan resipien minimal dalam 24 jam (Heath, 1982).

Transfer dilakukan langsusng ke kornua uteri kurang lebih 5-10 cm dari bifurkasio uteri. Resipien yang tidak menunjukkan gejala birahi setelah 3 siklus birahi yang diharapkan dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan per rectal untuk menentukan berhasil tidaknya program transfer. Pemeliharaan resipien yang telah bunting sama seperti pemeliharaan-pemeliharaan pada hewan bunting pada umumnya.

Sumber: 

drhyudi.2009. Transfer Embrio pada Sapi.12 Januari 2017.https://drhyudi.blogspot.co.id/2009/08/transfer-embrio-pada-sapi.html


APLIKASI TEKNLOGI DALAM BERBAGAI BAHAN PAKAN


Gambar terkait
1. SILASE DAUN JAGUNG
   Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang tersisa, terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijauan yang dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat sifat memilih ternak serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang baik bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang tahun.

Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik untuk pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui proses pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah maka hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak tersebut.

Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah dengan panjang 10 – 50 mm, karena pada waktu pencacahan akan :

    Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah melakukan pemadatan sehingga
    (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara.

Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum, tembok (semen) maupun silo tanah.

Untuk proses fermentasi diperlukan stater untuk merangsang perkembangan bakteri asam laktat, stater (bahan yang merupakan sumber karbohirat misalnya : tetes atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengadung karbohidrat, dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat) bila kandungan air dari bahan cukup tinggi, Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah campuran merata baru dimasukan ke dalam karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit sehingga padat. Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam kantong plastik,  bila tidak padat akan merusak kualitas silase yang dihasilkan.

Setelah padat dan penuh tutup dan tekan agar udara di dalam plastik keluar, ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak terdapat udara di dalam ataupun udara yang masuk dan jangan sampai bocor. Ikatan harus rapi dan kuat pada tiap bagian baik waktu mengikat kantong

plastik maupun karung plastik. Jagan sampai ada gelembung udara dalam kantung plastik/silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo dalam keadaan an-aerob. Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu penyimpan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah melewati umur penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan jangan dibuka tutup.

Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak, bila tidak jangan dibuka dan simpan sampai   diperlukan. Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama), sebab kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak. Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah satu standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel Kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak.

Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang  dan sangat menghermat waktu.

2. SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA

Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi rumput berlebih dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput dengan cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari kerusakan selama 2 – 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap.

Setelah disimpan selama 2-3hari dan kandungan air berkurang cacah rumput tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm. Diperlukan Dedak murni untuk bahan starter dalam pembuatan silase rumput Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini dapat menentukan baik tidaknya kualitas silase yang akan dihasilkan.  Campurkan dedak dan cacahan rumput secara merata.

Hasil percampuran dimasukkan dalam silo yang telah dilapisi dengan plastik. Padatkan bahan silase dengan cara ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya tidak ada ruang diantara potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen. Pencampuran rumput dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang dihasilkan baik.

Setelah dipadatkan dan ditekandengan baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak ada udara yang masuk,karena proses fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob (tidak adaoksigen). Beri beban diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga kondisi an-aerob terjadi dengan baik

Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada tabel kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak.  Berikan kepada Sapi atau ternak ruminasia lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang biasa dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan

3. SILASE RUMPUT LAPANG

Rumput lapang yang berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi kebutuhan di waktu kekurangan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan silase rumput lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat, salah satu stater yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %. Rumput yang akan dibuat silasedijemur/diangin-anginkan beberapajam, untuk mengurangi kandunganairnya. Pada waktu penjemurandilakukan pembalikan beberapa kaliagar pengeringan terjadi secara merata.

Rumput yang telah dijemur ditimbang sesuai dengan kebutuhandalam pembuatan silase. Timbang tetes/molase yang diperlukan,untuk setiap 100 kg rumput lapang dibutuhkan tetes 10 kg (10 % dariberat bahanbakusilase). Setelah ditimbang tetes dituangkan kerumput lapang yang telah kering udarasesuai dengan takaran.

Campurkan kedua bahan tersebut secara merata agar hasil fermentasi baik,sehingga menghasilkan silase yangberkualitas baik. Sediakan plastik yang sesuai dengandrum yang akan digunakan, fungsiplastik disini untuk memudahkanpenutupan sehingga tercipta kondisian-aerob dalam proses fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalamdrum dan dapat ditutup dengan rapatagar kondisi silo tertutup dengan baik. Padatkan sepadat mungkin rumputdi dalam drum tersebut dengan caraditekan atau diinjak-injak agar tidakada ruang untuk oksigen. Hal inidilakukan supaya silase yangdihasilkan kualitas silase yang baik. Masukkan bahan silase kedalamdrum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan agar udara didalam keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum diikatdibagian atas dari tumpukan rumput dalamdrum tersebut di beri tetes sedikit sajauntuk membantu proses terjadifermentasi lebih baik.

Setelah ditutup diatasnya disimpan bebanagar mendapat tekanan ke bawah sertatidak ada udara yang masuk, disampingitu letakan ditempat yang beratap agartidak kehujanan. Biarkan fermentasiterjadi, diamkan selama 21 hari untukmendapat silase yang baik.

Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapatdibuka untuk diberikan kepada ternak, bilatidak jangan dibuka dan simpan dalamkondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.Pada waktu pemberian kepada ternak jangansering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma bolehdibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dansore dikeluarkan sekaligus) sebab kalausering dibuka tutup kualitas silase akan cepatrusak.

Sapi yang belum terbiasa makansilase diberikan sedikit demi sedikit,di campur dengan hijauan yang biasadimakan. Jika sudah terbiasa dapatseluruhnya diberikan silase sesuai dengankebutuhan, hal ini sangat membantu dalampekerjaan di kandang dan sangat menghemat waktu.

terimakasih, semoga bermanfaat bagi teman teman semua.

Sumber :
Hendrikkaprawi.2011.Aplikasi Teknologi Pakan Ternak. 11 Januari 2016. https://hedrikkaprawi.wordpress.com/about/

Minggu, 08 Januari 2017

Budidaya Kelinci Pedaging

Cara budidaya kelinci pedaging Mudah Murah dan Efektif

Dalam kesempatan kita kali ini saya akan memberikan beberapa trik usaha yang berjudul Cara budidaya kelinci pedaging Mudah Murah dan Efektif ini secara lengkap beserta triknya dibawah ini :


http://tutorkap.blogspot.com/2013/06/
Cara.budidaya.kelinci.pedaging.Murah.html

PERSYARATAN LOKASI 
Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, baubauan, suara bising dan terlindung dari predator.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 
Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan. 

Penyiapan Sarana dan Perlengkapan 
Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak dengan suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. 
"Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina". 
Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup 
untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm. 

Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi: 

  • 1) Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda. 
  • 2) Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran. 
  • 3) Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid). 

Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang 
tahan pecah dan mudah dibersihkan. 

Pembibitan 
Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara. 

  • 1) Pemilihan bibit dan calon induk 
  • Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak. 
  • 2) Perawatan Bibit dan calon induk Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar. 
  • 3) Sistem Pemuliabiakan. Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu: 
    • a. In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging. 
    • b. Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul. 
    • c. Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit. 
  • 4) Reproduksi dan Perkawinan. Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan. 
  • 5) Proses Kelahiran 
  • Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor. 

Pemeliharaan 

  • 1) Sanitasi dan Tindakan Preventif 
  • Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit. 
  • 2) Pengontrolan Penyakit 
  • Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit. 
  • 3) Perawatan Ternak 
  • Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya. 
  • 4) Pemberian Pakan 
  • Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan. 

Untuk memenuhi kebutuhan pakan pada ternak kelinci perlu diberikan pakan tambahan berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Agar pertumbuhan ternak kelinci mencapai bobot sesuai target waktu maka perlu diberikan tambahan nutrisi berupa VITERNA, POC NASA, HORMONIK pada pakan konsentrat. Pemberian nutrisi tambahan tersebut selain melalui pakan konsentrat juga diberikan melalui air minum.

Cara aplikasinya adalah : 

  1. - Campurkan terlebih dahulu 1 botol VITERNA + 1 botol POC NASA + 1 botol HORMONIK ke dalam satu wadah khusus dan kocok hingga tercampur sempurna.
  2. - Ambil larutan yang sudah tercampur tadi dengan ukuran 5 cc (setengah tutup) untuk 10 liter air minum. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya. 
  3. - Ambil 5 cc (setengan tutup) kemudian dicampurkan dengan sedikit air untuk pembasah pada pakan konsentrat. Pemberian pakan konsentrat ini cukup diberikan sehari sekali saja pada pagi hari. Selebihnya gunakan pakan hijauan.

5) Pemeliharaan Kandang 
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lysol. 

HAMA DAN PENYAKIT 

  • 1) Bisul. Penyebab: terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit. Pengendalian: pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium. 
  • 2) Kudis. Penyebab: Darcoptes scabiei. Gejala: ditandai dengan koreng di tubuh. Pengendalian: dengan antibiotik salep. 
  • 3) Eksim. Penyebab: kotoran yang menempel di kulit. Pengendalian: menggunakan salep/bedak Salicyl. 
  • 4) Penyakit telinga. Penyebab: kutu. Pengendalian: meneteskan minyak nabati. 
  • 5) Penyakit kulit kepala. Penyebab: jamur. Gejala: timbul semacam sisik pada kepala. Pengendalian: dengan bubuk belerang. 
  • 6) Penyakit mata. Penyebab: bakteri dan debu. Gejala: mata basah dan berair terus. Pengendalian: dengan salep mata. 
  • 7) Mastitis. Penyebab: susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar. Gejala: puting mengeras dan panas bila dipegang. Pengendalian: dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak. 
  • 8) Pilek. Penyebab: virus. Gejala: hidung berair terus. Pengendalian: penyemprotan antiseptik pada hidung. 
  • 9) Radang paru-paru. Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: napas sesak, mata dan telinga kebiruan. Pengendalian: diberi minum Sul-Q-nox. 
  • 10) Berak darah. Penyebab: protozoa Eimeira. Gejala: nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah. Pengendalian: diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air. 
  • 11) Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. 

Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit. 

PANEN 

  • Hasil utama kelinci adalah daging dan bulu 
  • Hasil tambahan berupa kotoran untuk pupuk

Catatan : Penggunaan produk Nasa, Viterna, POC Nasa, dan Hormonik ini juga sangat bermanfaat untuk mendukung budidaya peternakan lainnya, seperti Budidaya Sapi, Budidaya Babi, Budidaya kambing, Budidaya Unggas, maupun budidaya hewan hias.

Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita. Terima Kasih

Sumber :
Khoiruddin Mohtar.2013.Cara budidaya kelinci pedaging Murah Murah dan Efektif.9 Januari 2017.http://mohtarkhoiruddin.blogspot.co.id/2013/06/cara-budidaya-kelinci-pedaging-mudah.html